Sejarah
Musik awal rakyat Korea diketahui dimainkan sebagai bagian dari upacara dan penyembahan kepada dewa-dewa.
[2][3][4] Umumnya, bukti-bukti tersebut berasal dari sumber-sumber tertulis Cina kuno.
[2][3]
Karena Semenanjung Korea menjorok dari benua Asia bagian timur laut, rakyat Korea telah melakukan pertukaran yang aktif sejak lama dengan bangsa Cina, Mongol, Jepang, Siberia dan Asia Tengah yang ikut memengaruhi kesenian mereka.
[3][5]
Tiga Kerajaan (57 SM-668 M)
Rakyat Korea dikenal pandai menyanyi dan menari sejak zaman kuno.
[2] Catatan pertama yang merekam tentang kegemaran rakyat Korea bermusik adalah kitab sejarah Cina abad ke-3, San Guo Zhi.
[2] Bangsa Cina kuno menyebut nenek moyang orang Korea dalam artikel tulisan yang berjudul "Barbarian dari Timur" atau
Dong-yi.
[2][4] Dalam catatan tersebut tertulis:
“ |
Setelah musim tanam
selesai pada bulan ke-5, mereka selalu melakukan ritual menyembah
dewa-dewa dengan membentuk kelompok, menari dan minum sampai malam tanpa
istirahat. Alat musik yang mereka gunakan adalah lonceng yang dipukul
seperti yang digunakan di Cina untuk menari. Pada bulan Oktober, setelah
selesai panen, mereka akan mengulangi ritual yang sama. Setiap desa
memberikan persembahan kepada dewa-dewa dengan petunjuk seorang pemimpin
yang dinamakan cheonggun, yang dipilih oleh warga desa sendiri. |
” |
Goguryeo (37 SM-668 M)
Rakyat kerajaan Goguryeo, yang tinggal di sebelah utara Semenanjung Korea dan Manchuria, dikenal di zaman Cina kuno akan kemahiran menyanyi dan menarinya. Bangsawan Dinasti Sui dan Tang menyukai orkes musik dan tarian Goguryeo. Alat musik yang dimainkan di Goguryeo antara lain suling yang dinamakan
piri dan
mandolin bersenar 5 yang dinamakan
pipa yang diperkenalkan dari Asia Tengah.
[3] Seorang perdana menteri bernama Wang San-ak menulis ratusan buah lagu berdasarkan permainan alat musik Cina dan menemukan kecapi petik yang dinamakan geomungo.
[4] Ork
Silla (57 SM-668 M)
Di kerajaan Silla, alat musik petik bersenar 12 yang dinamakan gayageum dari Kerajaan Gaya menjadi terkenal.
[3] Masyarakat Silla menikmati lagu-lagu religius bertema agama Buddha maupun sekuler.
[4] Musik asli mereka dinamakan
hyang-ak dan mendapat pengaruh musik Asia Tengah.
[3] Seorang musisi terkenal bernama Baek Gyeol menciptakan karya lagu
Banga Taryeong yang sampai sekarang masih dinyanyikan.
[4]
Baekje (16 SM-660 M)
Musik dari kerajaan Baekje, negeri di sebelah barat daya Semenanjung Korea, kurang begitu dipahami. Namun diperkirakan, musiknya dipengaruhi oleh musik Cina. Berdasarkan catatan kuno, salah satu nomor musik istana yang masih dimainkan sampai saat ini,
sujecheon (harfiah:"hidup abadi bagai surga") didasarkan dari musik kuno Baekje yang berjudul
jeong-eup-sa atau
kota Jeong-eup.
Gaya
Kerajaan Gaya paling dikenal akan kontribusinya terhadap penemuan alat musik petik bersenar 12.
[3][4] Alat musik ini menyebar ke berbagai kerajaan lain di sekitarnya dan dikenal dengan nama
kecapi gaya atau gayageum.
Silla Bersatu (668-935)
Rakyat Silla Bersatu menikmati seni suara yang dinamakan
hyangga atau
musik asli.
[4] Hyangga ditulis berdasarkan lirik yang bernuansa Buddhisme yang berisi doa dan puji-pujian kepada Buddha.
[4]
Tema lainnya adalah tentang sekuler dan kehidupan sehari-hari. Hyangga
mencerminkan kesenian religius dan sentimen rakyat Silla Bersatu.
[4]
Dinasti Goryeo (935-1392)
Pada masa Dinasti Goryeo, musik Cina (
dang-ak) dan musik upacara (Aak) berkembang pesat bersamaan dengan musik asli (
hyang-ak).
[4] Musik ritual ditampilkan dalam upacara keagamaan Konfusius bersama tari-tarian.
[4] Berbagai jenis alat musik baru diciptakan atau diperkenalkan dari Cina.
[4] Jenis alat musik yang populer adalah gayageum, geomungo dan janggo.
[4]
Dinasti Joseon (1392-1910)
Lukisan "anak penari", karya Kim Hong-do, Dinasti Joseon.
Musik pada masa Dinasti Joseon dibagi menjadi 2 jenis, yakni musik istana (jeong-ak) dan musik rakyat (
minsok-ak).
[3] Rakyat kelas atas dan istana mendengarkan musik istana, yang terdiri dari musik Cina (dang-ak), musik asli Korea (hyang-ak) dan musik ritual Konfusianisme (a-ak).
[3]
Periode terpenting bagi bidang musik pada masa Dinasti Joseon adalah masa pemerintahan Raja Sejong yang Agung (1418-1450).
[6] Kontribusi Raja Sejong terhadap perkembangan musik Korea dianggap monumental seperti prestasinya dalam bidang politik dan ilmu pengetahuan.
[6] Ia mengembangkan sebuah pipa bambu yang dinamakan
yulgwan untuk menandai pola titinada musik Korea, mendesain ulang alat musik, menciptakan musik baru dan menciptakan
jeongganbo, sistem notasi musik pertama di Asia Timur.
[6]
Pada akhir periode Dinasti Joseon, popularitas musik istana semakin menurun, sementara itu musik rakyat dan drama tradisional seperti pansori dan changgeuk, berkembang pesat.
[3][4] Musik rakyat mulai diwariskan dari generasi ke generasi.
[4] Seni suara yang didasarkan dari lirik penyair terkenal seperti Kim Cheon-taek dan Kim Su-jang mulai populer di antara kaum bangsawan terpelajar.
[4]
Musik religius seperti musik agama Buddha dan Shamanisme juga semakin memengaruhi genre musik rakyat Korea pada masa ini.
[4] Musik agama Buddha mengalami kebangkitan, antara lain dengan populernya permainan nomor musik
yeongsan hoesang, musik religius yang terinspirasi dari peristiwa khotbah Buddha di gunung
Gridhrakuta di India.
[3] Bentuk syair yang berasal dari zaman Dinasti Goryeo,
sijo, semakin digemari.
[4] Sijo adalah syair pendek yang dilantunkan bersama permainan alat musik.
[4]
Korea Utara dan Korea Selatan
Karena Korea telah terbagi lebih dari setengah abad, musik tradisional yang diwariskan antara kedua negara telah menjadi cukup berbeda.
[1] Musisi Korea Selatan meyakini musik harus melampaui batas politik dan mencapai kemurnian yang tidak menyampaikan pesan propaganda.
[1] Musisi Korea Utara pun berpendapat bahwa musik harus melampaui politik namun untuk tujuan yang berbeda.
[1] Walaupun memiliki pandangan yang hampir sama mengenai musik, tujuan dan metode yang mereka kembangkan tidak sama.
[1]
Di Korea Utara, tidak ada istilah
guk-ak (musik tradisional) dan
jeon-tong eum-ak juga tak pernah digunakan.
[1] Jenis-jenis musik tradisional yang dikenal di Korea Selatan seperti jeong-ak (musik istana), pansori (opera tradisional), musik rakyat dan
sanjo (permainan musik solo) tidak dikenal di Korea Utara.
[1] Jenis musik tradisional yang dipentaskan di Korea Utara hanya
minyo atau nyanyian rakyat.
[1]
Namun, minyo di Korea Utara tidak dinyanyikan dengan gaya tradisional,
melainkan dengan gaya modifikasi yang diiringi aransemen permainan alat
musik tradisional yang direvisi dan musik barat.
[1]
Semua alat musik tradisional kecuali alat musik perkusi telah mengalami rekonstruksi.
[1] Kim Il-sung dalam "Karya-karya pilihan Kim Il-sung, Volume 4, Halaman 154" menuliskan
[1]:
“ |
Dalam upaya untuk
memodernisasikan musik kita, kita harus mempertimbangkan untuk
memodifikasi alat musik yang tersedia. Tidaklah mungkin untuk
memodernisasikan musik nasional kita dengan alat musik Korea yang kuno,
atau cukup mengekspresikan etos pekerja negara kita. |
” |
Pernyataan Kim Il-sung ini merupakan awal dari modifikasi alat musik di Korea Utara.
[1] Semua alat musik disesuaikan dengan skala musik barat, dan skala 7 not dimodifikasi agar mudah untuk dimainkan.
[1]
Orang Korea Utara menganggap suara "kasar" alat musik tradisional
sebagai suara yang "kotor", sehingga mereka membersihkannya dan
membuatnya jelas.
[1]
Mereka juga memperluas jangkauan alat musik tradisional, sehingga satu
jenis alat musik dapat memainkan jenis musik yang berbeda-beda.
[1]
Konsep
Konsep terpenting yang dimiliki oleh musik Korea adalah menghasilkan bentuk "rehat suara" yang sama banyaknya dengan permainan musik itu sendiri.
[7][3] Maksudnya, musik Korea mementingkan jeda-jeda dalam permainan alat musiknya.
[7] Hal ini berbeda dibandingkan konsep musik barat yang menerapkan permainan yang terus menerus.
[7]
Falsafah permainan musik Korea disebut "lima aliran yin dan yang".
[7] Dua belas not dalam satu oktaf dinamakan
6 yin dan 6 yang, yang dilambangkan oleh 12 buah bulan.
[7] Terdapat 5 suara mayor, antara lain
gung,
sang,
gak,
chi dan
woo yang melambangkan
lima buah elemen alam (metal, kayu, air, api dan tanah),
lima jenis rasa,
lima jenis kebajikan dan
lima buah organ tubuh vital manusia.
[7]
Rakyat Korea umumnya tidak menyukai musik dengan notasi yang absolut dan pasti, sehingga cenderung fleksibel.
[7] Dalam setiap permainan alat musik atau menyanyikan lagu tradisional selalu terdapat vibrasi yang dalam waktu bersamaan diperpanjang atau disembunyikan.
[7]
Melodi musik Korea penuh dengan ornamentasi, terutama sebelum atau sesudah nada suara utama.
[5] Setiap permainannya, selalu terdapat pola ritme pengulangan yang berfungsi memberi warna dan rasa musik.
[5]
Tempo
Tempo merupakan hal yang sangat penting dalam membentuk alur permainan musik Korea.
[3] Suara nada yang dimainkan dapat menjadi berbeda jika dimainkan dalam tempo yang bervariasi.
[3][5] Dua jenis musik, musik istana dan musik rakyat memiliki ciri khas masing-masing.
[5] Musik istana kaku, terkontrol dan kurang menunjukkan emosi.
[5] Dibandingkan dengan musik klasik negara lain, musik klasik (istana) Korea cenderung lambat sehingga tak dapat diukur dengan metronome.
[3] Contohnya, salah satu nyanyian
gagok berjudul
isak-daeyeob yang terdiri dari 45 kata, dinyanyikan dalam tempo waktu 10 menit.
[3] Tempo moderato permainan musik Korea mengikuti sistem pernapasan manusia, sementara musik klasik barat mengikuti detak jantung.
[3] Tempo musik klasik barat tiga kali lebih cepat dibanding musik Korea yang menerapkan sistem napas manusia dalam tiap menit.
[3] Musik rakyat sebaliknya, bertempo ceria, sederhana, dan penuh dengan emosi dan antusiasme.
[5]
Pengaruh musik Cina
Berdekatan dengan lingkup kebudayaan Cina, Korea mengadaptasi tradisi permainan musik Cina dan masih mempertahankannya sampai saat ini.
[3] Musik jenis ini dianggap sebagai warisan kebudayaan penting di Korea, dikarenakan telah punah di Cina itu sendiri.
[3]
Penghormatan yang tinggi terhadap Cina dan kebudayaannya oleh kaum
pemerintah Korea, menghasilkan struktur musik yang terdiri dari 2 jenis.
[3] Musik Cina dianggap memiliki tingkat yang lebih tinggi dibanding musik asli Korea.
[3] Tradisi musik Cina di Korea hanya dilestarikan oleh kaum istana, sementara rakyat memiliki gaya musiknya sendiri.
[5]
Walaupun begitu, para musisi Korea selalu menyeimbangkan permainan
musik Cina dan musik asli dan bahkan mengubah gaya musik Cina menjadi
khas Korea.
[3] Musik hiburan pesta-pesta istana Korea lebih menunjukkan pengaruh Asia Tengah dibanding Cina.
[3]
Klasifikasi
Musik tradisional Korea terbagi atas 2 kategori, musik istana (
gungjung-eumak;궁중음악), musik rakyat (
minsok-eumak;민속음악), musik militer, musik religius, musik instrumen, dan musik vokal.
Musik istana
Cuplikan musik istana (jeong-ak) yang berjudul "yeominrak" (여민락;與民樂; "menikmati bersama rakyat").
Kitab musik Dinasti Joseon, Akhak kwebeom, menggambarkan alat musik genderang.
Musik istana disebut juga dengan istilah jeong-ak atau
musik yang pantas.
[3] Musik istana di dibagi menjadi 2 jenis sejak zaman kerajaan Silla, yakni hyang-ak dan tang-ak.
[3] Hyang-ak adalah musik asli Korea dan tang-ak adalah musik Cina yang berasal dari Dinasti Tang.
[3] Penyatuan Semenanjung Korea oleh Silla yang beraliansi dengan Tang di abad ke-8, menyebabkan aliran budaya Cina masuk ke Korea.
[3]
Pada masa-masa berikutnya, musik Cina terus dinamakan dengan istilah
tang-ak walaupun terjadi pergantian kekuasaan di negeri tersebut.
[3]
Raja Sejong yang Agung dikenal sebagai pionir dalam mengembangkan musik istana Korea.
[6] Setelah menetapkan titinada dasar permainan musik, ia mulai mengembangkan berbagai jenis alat musik untuk permainan musik istana.
[6] Alat musik istana dikategorikan menjadi 8 jenis berdasarkan bahan pembuatannya: metal, kayu, tembikar, mineral, benang katun, bambu, labu, dan kulit.
[6]
Tempo permainan musik istana lambat dan khidmat, dengan nomor musik paling lambat memiliki kurang dari 30 ketukan per menit.
[5] Karena musik istana sulit diukur karena konsep musik ini diukur dengan pernapasan.
[5] Musik istana Korea masih dilestarikan sampai kini di Korea, mulai dari jenis
a-ak,
dang-ak, dan
hyang-ak.
[5]
Para musisi musik istana mengenakan pakaian berwarna merah (lambang istana kerajaan) dan memainkan musik tanpa konduktor, melainkan dengan seorang pemandu musik yang menandai awal mula, jeda dan akhir permainan musik.
[5]